Rabu, 27 Oktober 2010
semilir pertiga malam
baru kali itu, aku jelas melihatnya, pertama dalam hidup..
benar-benar pertama dalam bunga tidur..
tanpa kain membalut mahkotanya ia menatapku dgn pandangan yg sama..
aku duduk di atas meja seperti biasa,
lalu ia menegur, " jgn duduk dimeja si ",
matanya tiba tiba menghakimi..
lalu tepat di antara rusuk rusuk ku, koyak
sampai mengerut dahi ini..
lalu semilir pertiga malam mendekapku, hangat
bangun dan masih mengerut dahi ini..
sore ini baru tahu..
ternyata itu maksudnya.
ya, aku maklumi saja..
Rabbi, baru kali ini memperingatkan lewat mimpi...
27Oscar2010
Rabu, 20 Oktober 2010
al ikhwan-lelaki muslim itu....
lelaki muslim itu.......
pandangannya terjaga
teduh, menentramkan
auratnya terjaga rapat rapat
prinsipnya tak tergoyahkan
Allah yang selalu dipikiranya
qur'an tentengannya, hadist bacaanya
pedoman yang tak tergantikan
ilmu pengetahuan kebutuhannya
makanan sehari harinya
puasa penyejuk dahaganya
baitullah tempat terasik untuknya
shalat sunnah terjaga
tak ada sekat untuknya pada lingkungannya
halus tolakannya
sopan ajakannya
berkata bila perlu, yang ma'ruf pula
diam tak semata ngelamun
arif dan bijak ketika bertindak
pemimpin yang aktf
selalu tenang
senang berfikir dalam keadaan tertekan
ide besar selalu muncul
inisiatifnya oke
wawasan luas
pandangannya tak sempit
suka bersaing
argumen kuat
pandai mengambil hikmah
wangi
rapih
ngga kucel2 amat...
lelaki muslim itu.....
berpengaruh
gravitasinya besar
banyak tangung jawab,
bukan berarti lupa kewajibannya
Allah tetap no 1
pusing makanannya
sekaligus penawar rindunya
ketika ia rasakan nikmatnya,
cobaan dari yang dicintainya,
tuk menguji konsistensi dan kesungguhan,
tuk ia persembahkan di atas altar
pelataran suci disisi Rabb nya
sebagai sebuah pembuktia, bahwa
kepemimpinanya, khalis untunkNya
lelaki muslim itu....
berpengaruh
inventor handal, pabrik gagasan
pemantik semangat, mesin propulsi yang dahsyat
bagi angota timnya, sebagai combustion chamber
terbakar bersama,
meledak bersama,
terhembus bersama,
berturbulensi bersama,
hingga akhirnya takbir dikumandangkan
sebagai euforia yag tak terperikan
lelaki muslim itu.....
satu yang harus diperhatikan!
prinsip tak tergantikan
batas belum bergerak dari tempatnya
aturan masih tertulis jelas
dalam kitab,
dalam papirus,
pena telah diangkat, dan lembaran telah kering
taktis itu penting
tapi sinkron dengan pinsip itu lebih penting
pertanggungjawaban kelak
selalu lebih berat daripada yang nampak sekarang
pemimpin yang jempolan
selalu siap, waspada
tapi tetap kalem
dibawah tiupan nafas
berisi tasbih-Subhanallah!
berbaur tahmid-Alhamdulillah!
baerkeringat takbir-Allahu Akbar!
wahai aku, be a good leader!
"mekanika tukang es teh"
Nah sebelum mbaca notes ini,perlu diketahui dan dipercayai bahwasanya notes ini bukan sembarang ditulis melainkan melalui sebuah studi kasus yang cukup mendalam dan praktek secara langsung dengan ahli dibidangnya.
Ini tentang pengalaman mempelajari mekanika2 yang harus dikerjakan pada sebungkus es teh saat es itu dibuat agar es itu bisa laku. Simak kisahnya.
#Ilmu Pengetahuan Malam
Pada dasarnya proses kita nyerap ilmu dalam kehidupan itu bisa dibagi jadi dua menurut Kazuo Murakami,Ph.D -profesor yg pernah memecahkan kode gen renin manusia-. Ilmu pengetahuan siang umumnya lebih cenderung mengarahakan kita pada menuntut ilmu yang bersifat logis dan terstruktur dalam sbuah kurikulum, misalnya matematika, fisika, kima, dll. Sedangkan ilmu pengetahuan malam justru cenderung memberikan pengaruhnya lewat pengalaman-pengalaman yang tak kita dapet di siang harinya.
Singkat cerita, aku tergumun-gumun wktu ngalami sendiri nyemplung di ilmu pengetahuan malam itu.
Kemarin malam (28/7) tepatnya pk 9.15 pm aku yg akan nggarap screenplay anyar untuk film ku di ajak (baca:disuruh) bapak mbantu mbungkus es.Gak tanggung2, biasanya aku cuma diserahi 3 kerpis (stara 3teko besar) ini malah ditawarin 1 dandang besar. Glekk =="
tapi berhubung pas bgt malam itu lg kebanjiran semangat jadi ku sanggupin aja.(nggaya)
Satu persatu es mulai aku bungkus sendirian, sampai akhirnya bapak nggeret kursi ke hadapan n mulai duduk mbantu aku. Wah, satu paket alat bungkus es (kerpis, baskom, gelas, corong, plastik sebendel, rafia n panci) untk berdua. Ngajak duet nih bapak. Katanya biar cepet selesei. Jadilah kami sepasang tim pembungkus es. Duet resmi dimulai pk 9.45 pm.
#Mekanika Tukang Es Teh
Selang waktu berjalan. Karena satu perlengkapan dipake berdua, jadi harus gantian n lebih tepanya rebutan. Nah, jadi kebut2an mbungkusnya. Sekarang bukan lagi Duet tapi Duel bapak -anak. Kredibilitas dipertaruhkan.
Selalu bapak lebih cepat dari aku. teknik dan cara bungkus beliau jelas lebih canggih. dan suatu saat bapak ngendika (baca: nyeplos). Rahasia bertahun tahun dari keahliannya.
"Puter rafianya 3x aja, biar nggak mblenduk bgt es nya!"
aku sperti menelan sabut kelapa mentah2. seret.
Merenung sebentar dan JDEERRR...Aku tertegun. Aku baru sadar, ternyata mbungkus es ada aturanya.
Aku amati lebih cermat bapak dan kata2nya. Aku baru mudeng. Dan mbatin kemudian. Gila, sampe segitunya. Ternyata mbungkus es ada mekanika2 yang harus dipatuhi.
Kenapa rafia cukup diputar 3x untuk ngiket leher bungkus? Jumlah tekanan yang dihasilkan pada plastik oleh ikatan itu sudah cukup untuk membuat leher bungkus es jadi bimpet dan mengunci rapat air. Dengan demikian juga, tekanan leher bungkus terhadap air teh yang panas tidak berlebihan dan membuat bodi es jadi ideal mirip gitar spanyol. Bahenol.
Jika ikatan terlalu banyak, leher yg terikat akan terlalu memanjang ke bagian bodi dan tekanan leher akan lebih besar dikenakan pada air teh panas tadi, sehingga berdampak pada plastik elastis yg memuai kelewat besar.. Es jadi tambun dan kuntet. Jelek lah pokoknya.
Jika ikatan kurang, leher es kekurangan gaya untuk menahan air sehingga es rawan bocor di bagian itu. Selain itu es jd kurus dan memanjang.
efek lain dari putar 3x adalah memperpanjang sisa tali . Ukuran tali rafia yang digunakan utk mengikat biasanya 15cm. Dgn hanya 3x putar, sisa tali akan sekitar 6cm kiri dan 6cm kanan=12cm sisa. Cukup panjang untuk mempermudah mengikat leher sebanyak 2x dgn kisaran waktu tercepat 1,5-2 dtk. Dari pengalaman ku malam itu, bapak cukup 8-9 dtk untk 1x proses bungkus sedangkan aku butuh 10-12 dtk. Estimasinya, ada efisiensi waktu sekitar 2dtk. Gila, sampe segitunya.
Dgn adanya efisiensi waktu tersebut, aku harus ngejar ngosh2an 2dtk itu untuk mengatur ritme pemakaian alat biar ga ada selip or benturan sama bapak. Saking cepetnya, jempol kanan ku sampe mlepuh +/- 3mm.
Ada tiag kejadian yang bisa kita amati dalam proses ini. Fisika, Kimia, Biologi. Proses Fisika tjd ktika kita mempertimbangkan jumlah tekanan pada plastik oleh air panas sesuai hukum pascal. proses Kimia ada ketika kita mempertimbangakn tingkat elastisitas bahan plastik pembungkus. Krna kualitas bahan mempengaruhi kuat lemah ikatan dalam berinteraksi dgn lingkungan yg panas. Biasanya bapak cuma mempercayakan pada satu merek yg terkenal kekuatan plastiknya. Dan Biologi ktika jari2 kita bersentuhan dgn air teh panas. entah sih, tapi sepertinya syaraf2 di ujung jari terbiaus atau lumpuh sementara sampe klamaan melepuhpun gak kerasa.
Berkat semua mekanika2 tadi, pekerjaan jadi begitu ringan, efisien dan cepat waktu. kami berakhir pd pk 10.55 pm. hanya 80menit kami selesaikan membungkus wedang teh se dandang besar. Wew. Padahal normalnya bisa sampai 3jam-4jam untuk 3/4 dandang bagiku. Semua mekanika tukang es teh itu membuatku tertegun.
#Master Itu Bapakku Sendiri. Ya Tuhan
Ternyata sunatullah (ketetapan Allah) berlaku juga utk hal2 yg bahkan kita sering remehkan. karena yg selama ini kita pikirkan justru alam semesta atau atom2.
Yang aku baru sadar, ternyata salah seorang yg mengerti kunci ilmu2 itu bapakku sendiri. Ya Allah.
Makanya sangat bodoh ktika kita meremahkan hal hal kecil seperti tukang tambal ban, tukang gali sumur, tukang las dan trutama guru yg nyambi dagang es tes kaya bapakku itu. Ada byk hal yg mereka jauh lbih kuasai daripada kita yg cuma mlihat. Begitu banyak dinamika2 yg belum kita pahami i balik hukum2 alam yg mereka kuasai. Maka, mungkin kita terlalu angkuh untuk mengakui kesombongan diri kita sendiri saat memandang mereka. Padahak mereka jauh lbh baik dr kita. Rendah hati pula.
Wah, aku harus lbh hormat sm bapak nih. Bukan hya krn jerih payahnya nyekolahin aku, tapi juga krn ilmuny ternyata bejibun.Hhe... Bikin geleng2 kalo udah mulai mudeng...
Kenapa Aku Baru Sadar. Master Itu Bapakku sendiri..Hedeww...
Bapakku>>>My Best Father Ever...
28-7-2010
dengan pnuh kekaguman utk ayah..
di tulis di buku ctatan ba'da mbungkus es teh
http://www.facebook.com/note.php?note_id=431167349576
Senin, 31 Mei 2010
HITAM PUTIH SOLIDARITAS REMAJA
Merenungi remaja sebagai cikal bakal penerus perjuangan dan cita-cita bangsa paska kemerdekaan merupakan suatu keniscayaan bagi setiap generasi. Masing-masing angkatan pasti memiliki visi jauh kedepan yang tidak mungkin dituntaskan mutlak dalam satu periode. Masing-masing angkatan pasti mebutuhkan generasi-generasi penerus visi-misi besar mereka. Oleh karena itu, angkatan muda yang dalam hal ini adalah remaja itu sendiri berperan menjadi cadangan keras (iron stock) dan tulang punggung harapan semua generasi baik saat ini maupun yang telah lalu. Lewat tangan-tangan dingin dan jiwa muda remaja diharapkan banyak inovasi akan lahir sebagai solusi menghadapi persoalan multidimensi bangsa ini kelak.
Remaja dalam masa mudanya lekat kaitannya dengan masa-masa kritis dalam grafik perkembangan pribadi. Dimana manusia berada dalam masa belajar “menjadi”, meniru dengan improvisasi pribadi, dan tahap menuju prodiktivitas yang lebih besar. Pada masa ini sangatlah berarti penanaman nilai, visi, dan pembentukan persepsi. Derasnya arus informasi yang berlalu-lalang dan sumber informasinya yang beragam pula menjadikan remaja memiliki mobilitas dan frekuensi sosialisasi tinggi dalam komunitasnya.
Dalam komunitas mulai terbentuk persepsi akan nilai-nilai yang nantinya dianut sebagai etika dalam menjaga hubungan dan pertemanan. Misalnya siswa lulusan SMP yang berada di lingkungan baru (SMU) akan beradaptasi dengan nilai-nilai SMA (lingkungan barunya) baik itu dalam hal positif maupun negatif yang mengantarkan mereka pada etika solidaritas lingkungan barunya.
SOLIDARITAS MENYATUKAN KOMUNITAS
Remaja kerapkali mengidentifikasikan diri pada komunitas atau kelompok yang dimilikinya. Baik itu organisasi, klub, teman main atau sahabat. Saya sendiri misalnya. Saya menjadi anggota PASKIBRA selama hampir tiga tahun. Saya lebih sering memperkenalkan diri sebagai seorang PASKIBRA. Begitu juga dengan teman lain yang memiliki organisasi berbeda dengan saya. Mereka lebih mudah memperkenalkan diri sebagai “anak” organisasi yang mereka berada didalamnya.
Dalam komunitas, semesta potensi diri yang dimiliki seorang remaja biasanya lebih mudah tersalurkan. Baik dalam bentuk diskusi (brainstorming), berbagi (sharing), ataupun aktualisasi diri lewat berbagai ajang kompetisi. Secara tidak langsung hal tersebut berdampak terhadap kepedulian sesama dan rasa saling memiliki yang semakin kuat antara teman satu komunitas. Bahkan di antaranya ada “milik nggendong lali” sehingga rela berkorban apapun demi temannya. Solidaritas yang terbentuk ini kemudian mempererat tali silaturahmi, pertemanan, dan tolong menolong dalam menghadapi suatau keadaan. Semakin kuat solidaritas yang terbentuk, makin besar pula ketergantungan yang tercipta dalam satu komunitas pertemanan.
PERGESERAN MAKNA
Sayangnya diantara solidaritas yang terbentuk itu terdapat kelemahan pengawasan nilai-nilai asing yang dapat mencemari kualitas hubungan diantara remaja saat ini. Solidaritas-pun disalah artikan. Pergeseran makna dari solidaritas sosial dimana “satu untuk semua” dan jargon “rambate rata hayo” dijunjung tinggi, kini menjadi solidaritas pragmatis yang justru menciptakan istilahnya sendiri “semua untuk satu” yang apatis terhadap kondisi teman lainnya. Remaja menjadi cenderung bersikap solider (kompak) untuk melindungi kepentingannya sendiri dalam komunitas. Peran westernisasi yang mengusung budaya liberal lewat berbagi media dan gaya hidup agaknya menyumbang sedikit banyak pengaruh individualisme pada remaja zaman ini. Gaya hidup yang mulai beralih dari prinsip-prinsip gotong royong menjadi gaya hidup individualistis telah merekombinasi pemahaman remaja terhadap arti solidaritas dalam pergaulan dan lingkungan.
Sebelum menulis essay ini, saya sempat berkorespondensi dengan teman-teman lain. Saya menanyakan ihwal pendapat mereka seputar apa yang pertama kali terlintas di benak ketika mendengar kata - kata solidaritas di kalangan remaja. “Mencontek”. “Lulus”. “Kerjasama”. “Kepekaan antar remaja untuk saling membantu baik positif maupun negatif”. Itulah tanggapan mereka. Terlebih tanggapan ini akan membuat kita heran karena teman - teman yang menjadi responden saya ini adalah para aktifis organisasi dan pandai dibidang akademis. Sederet kata-kata tadi kiranya cukup mewakili pergeseran makna yang telah kita singgung sebelumnya.
Masih hangat isu Ujian Nasional 22 - 26 Maret 2010 lalu mengingatkan kita bukti nyata penyalahgunaan hubungan pertemanan. Banyak siswa yang secara terang - terangan membeli atau menawarkan kunci jawaban kepada teman lain karena takut tidak lulus dalam ujian. Peristiwa getok tular yang manjur di kalangan remaja menjadi ajang salah guna untuk menjaring teman yang menginginkan kecurangan dalam ujian. Mengatasnamakan solidaritas agar siswa lulus 100% dan menolong anak yang kurang pandai, anak-anak malas yang takut tidak lulus ujian mengorbankan teman lainnya yang sebenarnya tidak butuh kecurangan dengan menjerumuskan mereka pada resiko yang justru dapat membuat mereka tidak lulus dalam ujian. Kejujuran dikesampingkan dan etika lulus ujian secara mandiri dijungkirbalik menjadi etika lulus ujian bersama dengan bekerjasama. Atas nama solidaritas. Pantaskah disebut solidaritas?
Contoh lainnya adalah tawuran antara pelajar atau geng pelajar yang makin marak terjadi di Ibu kota. Bagi mereka mengorbankan diri untuk kelompok adalah lazim. Parahnya, hal ini menjadi pembenaran mereka utuk bertindak tanpa norma seperti menjarah, melukai, dan merusak fasilitas publik. Prinsip sama rasa dan jiwa korsa disalah arti menjadi chauvinisme kelompok. Meminjam kata milik Andrea Hirata, pertemanan disini menjadi identik dengan partner in crime yang mengarah pada kenakalan remaja (juvenile deliquency) .
Dua peristiwa di atas menggambarkan secara jelas bahwa ada celah lebar menganga yang terbengkalai oleh lingkungannya. Lingkungan itu bukan siapa – siapa melainkan kita sendiri. Baik kita sebagai pribadi yang tahu akan keadaan ini, sekolah sebagai institusi yang berhadapan langsung terhadap pendidikan remaja di bangku sekolah, maupun pemerintah yang seharusnya “pegang kemudi” dengan arah kebijakannya melalui kementrian.
Solidaritas yang maknanya kurang lebih persatuan dan rasa saling memliliki biarpun acapkali tidak terlalu dipersoalkan rupanya memiliki pengaruh besar terhadap masa depan bangsa. Rusaknya akar - akar hubungan yang solid, dinamis, dan kreatif antar remaja dan generasi muda dapat sekonyong-konyong melemparkan nasib bangsa kita menjadi bangsa yang tak bermasa depan disaat bangsa - bangsa lain justru berbenah dengan angkatan mudanya. Maka sudahlah kewajiban kita sebagai remaja dan generasi penerus perjuangan pendahulu yang harus mengembalikan makna solidaritas ketempatnya, yaitu pertemanan yang saling menguatkan berlandaskan ketulusan terhadap sesama dan bukan sebaliknya.
POTENSI DEMOGRAFI
Bangsa kita patut bersyukur akan besarnya potensi generasi mudanya. Pertumbuhan penduduk yang cukup besar menjadikan bangsa ini tidak pernah kekurangan generasi untuk melanjutkan kehidupannya. Seharusnya kita belajar dari negara - negara Uni Eropa saat ini. Dari berbagai laporan kependudukan di Eropa isu demografilah yang semakin mencuat. Devisit golongan muda dan surplus golongan tua menandai kecilnya laju pertumbuhan penduduk. Pemerintahpun ikut dibuat kesulitan untuk meningkatkan perkembangan negaranya. “Tekanan makin besar,” tukas Michaela Grimm dalam menanggapi hal ini, seorang ekonom senior dari Allianz
Cukup besarnya presentasi penduduk usia muda (remaja-dewasa) dalam demografi penduduk Indonesia sesungguhnya menyimpan potensi maha besar bagi akselerasi perkembangan bangsa. Yang sangat disayangkan ialah justru pemerintah yang kurang tanggap dan terlihat tidak serius. Dukungan pemerintah terjadap kegiatan remaja di tingkat sekolah sangat kurang. Kegiatan malah diambil alih dan di eksploitasi oleh pihak swasta yang relatif lebih bersahabat dengan isu - isu remaja dan cenderung mau bekerjasama dengan pihak sekolah. Tidak adanya keterlibatan pemerintah di tingkat sekolah sangatlah disayangkan. Padahal di tingkat inilah aktualisasi dinamisnya kehidupan remaja paling besar ditunjukkan. Seperti yang terlihat, pemerintah justru sibuk berkutat dengan masalah politik runyam tak kunjung henti dan tidak ada gaungnya terhadap isu-isu di kalangan ramaja. Jika perlakuan terhadap generasi pemuda terus seperti ini, patutlah kita bertanya. Mau dikemanakan masa depan bangsa Indonesia?
Remaja yang identik dengan semangat membara dan jiwa muda memiliki kecenderungan untuk mengeksplorasi diri mereka dengan cara mereka sendiri. Salah satunya dengan berorganisasi. Kepercayaan diri remaja yang di bangun dalam komunitas atau organisasi nantinya akan menjadikan remaja lebih berani berekspresi. Termasuk cara mereka mengekspresikan rasa solidaritasnya. Seorang yang telah lama berkecimpung di dunia organisasi kelamaan akan terbiasa menghadapi ragam permasalahan. Dari sini timbulah inisiatif ingin bertindak dan mecari solusi yang berujung lahirnya sebuah inovasi baru dari benak mereka.
Membuat kegiatan kecil dalam organisasi sebagai wujud kepedulian membangun komunitas adalah salah satu contoh sederhana dari ekspresi tersebut. Atau bahkan lebih jauh lagi dengan membuat kegiatan yang dipandang berguna bagi masyarakat luas diluar komunitas.
Sebagai contoh nyata, keikutsertaan para remaja Pondok Pesantren At-Taqwa Putra, Babelan, Bekasi, Jawa Barat Desember lalu misalnya. Santriwan – santriwati mengikuti pelatihan Santri Indigo. Para santri ini mengemas aksi solidaritas mereka lewat pelatihan internet. Keprihatinan terhadap maraknya konten pornografi di dunia maya menggerakkan mereka dalam aksi pemutihan internet. Tiap santri akan mem-posting-satu informasi positif tiap harinya sebagai aplikasi kepedulian mereka terhadap upaya pemutihan internet. Contoh lain dari solidaritas yang diinterpretasikan secara positif yaitu ketika isu pemanasan (global warming) santer dibicarakan. Remaja mulai turun kejalan ikut menyuarakan dukungan mereka. Dengan contoh demikian sebenarnya kita mampu melihat perubahan yang dibawa generasi muda bangsa ini. Lingkungan yang tadinya pasif berkat rasa kepedulian generasi muda (remaja) kini menjadi makin tanggap dengan isu-isu lingkungan. Di titik ini pada akhirnya hubungan yang erat, arus diskusi yang kuat dan keadaan saling mendukung antar teman menjadikan komunitas lebih dinamis. Solidaritas remaja di titik kulminasi ini akan membangun komunitas generasi muda menjadi bagian dari agen perubahan (agent of change).
Titik Jatuh Titik Bangkit
Steve Jobs (Steven Paul Jobs)
Adakah kiranya diantara kita yang belum mengenal sosok Steve Jobs dewasa ini? Sebagian mungkin mengenal, entah sebagian yang lain. Mungkin kenal, mungkin tidak. Siapa sebenarnya orang ini sampai patut untuk kita ketahui? Ah, pasti akan lebih mudah kalau kita sebut saja tiga perusahaan ini. Apple Inc. (pereka cipta Komputer Apple dan generasi iPod), NeXT (perusahaan perangkat teknologi tinggi), dan Pixar Animation Studio (studio animasi). Sedikit lebih jelas sekarang. Ketiganya, paling tidak sudah menjadi pengakuan siapa Steve Jobs. Ia yang akan kita bicarakan adalah sosok dibalik kisah sukses ketiga industri raksasa tersebut. Namun yang mengukuhkannya bukan itu semua. Melainkan perjalanan hidup Jobs dari nol. Maka akan kita awali perjalanan kita lewat kalimat pembuka Jobs dalam sebuah ceramah singkatnya yang luar biasa. Itu tentang hidupnya.
“Saya merasa sangat bangga berada di tengah kalian saat ini, yang akan segera lululs dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya, tidak pernah selesai kuliah.”
Kisah Pertama : Menghubungkan titik – titik
Jobs keluar dari
Ibu Jobs (Joanne Simpson) mengandung Jobs –saat masih mahasiswi- karena sebuah “kecelakaan”. Ibu Jobs memberikannya pada seseorang intuk kemuudian di adopsi. Mulanya ia bertekad agar Jobs di adopsi oleh keluarga sarjana. Dan ketika itu Jobs telah akan diadopsi oleh keluarga pengacara, sampai akhirnya ketika Jobs lahir, mendadak mereka menginginkan anak perempuan. Jobs batal di adopsi. Ibunya lalu mencari orang tua lain untuk mengadopsi Jobs. Namun akhirnya ia di adopsi oleh orangtuanya sekarang yang berasal
Dan 17 tahun kemudian Jobs benar-benar kuliah, di Reed College, yang malangnya hampir sama mahalnya dengan Standford saat itu.
Orangtua Jobs –yang hanya pegawai rendahan- telah menghabiskan seluruh tabungan mereka untuk membiayai kuliah Jobs. Setelah enam bulan ia sendiri tidak melihat manfaat kuliahnya. Sama sekali. Ia merasa telah menghabiskan seluruh tabungan hidup orangtuanya dan ia tidak tahu bagaimana kuliah membantunya menemukan jalan hidupnya. Ia pun memutuskan berhenti kuliah, berharap itu yang terbaik. Ia berhenti mengikuti kelas wajib yang tidak ia minati dan beralih mengikuti kuliah yang ia sukai.
Masa-masa itu tidak selamanya menyenangkan. Ia harus tidur menumpang di lantai kamar kos teman-temannya karena ia tidak memiliki kamar kos. Ia mengembalikan botol Coca-cola untuk membeli makan dan berjalan 7 mil melintasi
Tak ada manfaat yang ia rasakan saat itu sampai sepuluh tahun kemudian ketika ia dan timnya mendesain komputer Macintosh pertama, ia baru merasakan apa yang ia pelajari sangat bermanfaat. Mac menjadi komputer pertama di dunia dengan beragam jenis huruf yang sangat cantik dengan tipografi lengkap. Seandainya ia tidak pernah DO, ia tidak akan bertemu kelas kaligrafi dan Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak jenis huruf seperti sekarang. Kemudian Windows menjiplak Mac.
Kita tidak akan dapat merangkai titik-titik dengan melihat ke depan melainkan dengan merenung ke belakang.
“Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimanapun akan terangkai di masa mendatang.”
Kisah Kedua : Cinta dan Kehilangan
Jobs bagaimana pun adalah pemuda yang sangat beruntung karena ia tahu apa yang ia sukai sejak masih muda. Ia dan Woz (Steve Woz) mengawali Apple dari garasi orangtuanya ketika ia berusia 20 tahun. Berkat kerja keras mereka, Apple yang hanya berawal dari dua orang kini menjadi perusahaan dengan 4000 karyawan dengan aset $ 2 milyar hanya dalam waktu 10 tahun. Ia menjadi CEO Apple Inc. Ketika ia berusia 30 tahun, satu tahun setelah Apple mengeluarkan Macintosh, ia dipecat. Ya, dipecat. Jobs, CEO Apple Inc. itu bukan mengundurkan diri, melainkan dipecat. Bagamana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan sendiri? Itulah yang terjadi.
Awalnya mereka –Jobs dan Apple- merekrut seseorang yang mereka anggap berkompeten untuk ikut bersama mereka menjalankan perusahaan. Namun di tengah jalan ia dan Jobs berbeda visi dan tidak dapat lagi diselaraskan. Komisariat perusahaan setuju mengeluarkannya. Jadilah Jobs dipecat dari Apple. Semua tujuan dan harapannya serta merta hancur berantakan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia merasa telah mengecewakan banyak orang dan hamper-hampir ia berpikir untuk meninggalkan kediamannya di
Ia yakin bahwa kejadian menekjubkan yang ia alami tidak akan terjadi jika ia tidak dipecat dari Apple dan berhenti di tengah jalan.
“Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadang kehidupan melemparkan batu ke kepala Anda. Jangan hilang kepercayaan.”
Dalam hidupnya, Jobs meyakini bahwa kepuasan bukan untuk kepuasan itu sendiri. Kepuasan sejati diraih hanya ketika kita melakukan apa yang kita sukai dan membuatnya bermanfaat bagi lingkungan dimana kita berada. Kesuksesan akan membuat Anda terlihat hebat. Namun Anda bias menjadi hebat manakala Anda melakukan apa yang Anda cintai. “Teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.”
Kisah Ketiga : Tentang kematian
Suatu ketika, Jobs yang berumur 17 tahun membaca sebuah ungkapan Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar. Ungkapan itu sangat membekas dalam dirinya. Dan selama 33 tahun terakhir semenjak itu, setiap pagi ia selalu bercermin, menatap wajahnya sendiri dan mulai mempertanyakan kepada dirinya sendiri. Jika hari itu hari terakhir ia hidup, akankah hidupnya hari itu akan sama seperti sebelumnya? Beruntunglah karena ia selalu memiliki jawaban “tidak”. Dan ia tahu sejak itu ia harus berubah. Ia tahu bahwa apapun bertekuk lutut di sini dan segalanya menjadi tidak bernilai dihadapan kematian. Jobs divonis mengidap kanker pankreas. Ia sendiri tidak tahu apa itu pankreas dan tiba-tiba hidupnya divonis tidak lebih dari 3-6 bulan. Naas.
Dokter menyarankan Jobs pulang dan membereskan segalanya. Ia paham maksudnya adalah agar ia bersiap untuk mati. Ia kemudian menjalani hidupnya dengan diagnosis itu. Ia berjalan menuju kematian. Dan tidak terbersit keputusaan apapun saat ia mengetahuinya. Ia hanya menjalaninya. Suatu ketika dokter memasukkan jarum ke dalam pankreasnya dan mengambil contoh sel kankernya. Ternyata itu kanker pankreas yang langka dan bisa diatasi dengan operasi. Kejadian itu adalah kejadian paling dekat antara ia dengan kematian. Jobs bersyukur pernah mengalaminya.
“Kematian membuat hidup Anda berputar.”
“Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan hidup Anda dengan menjalani hidup orang lain.”
“Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengarkan kata hati Anda.”
Steve Jobs mengajari kita bahwa hidup adalah kenyataan yang harus kita jalani; kemarin, hari ini atau esok hari. Apapun ; nikmatilah dan bersyukurlah. “Jangan hilang kepercayaan.” Kedua, bahwa buruk di awal tidaklah membawa akhir yang selalu sama. Jangan patah semangat. Dalam banyak hal, kegigihan melahirkan kepercayaan diri dan kerja keras berperan lebih besar dalam kesuksesan dan melahirkan hal-hal besar ketimbang mengandalkan titel dari bangku pendidikan. Tidak terkecuali Steve Jobs, CEO Apple Inc. yang tidak pernah selesai kuliah itu. Ia besar karena kegigihannya.
“Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan hidup Anda dengan menjalani hidup orang lain.”
“Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengarkan kata hati Anda.”
“Jadi teruslah mancari sampai ketemu. Jangan berhenti.”
Bagi saya, Steve Jobs adalah motivator hidup. Sya belajar menjadi pekerja keras dan menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah khususnya dalam meraih cita-cita. Orangtua saya adalah sosok sederhana dengan kemampuan ekonomi sangat pas-pasan. Namun demikian, orangtua saya -meskipun pontang panting- mendukung sepenuhnya saya untuk dapat bersekolah di sekolah terbaik di daerah saya. Oleh karenanya saya menghabiskan waktu saya pergi bersekolah yang berjarak 6 km dengan bersepeda. Selama 6 tahun. Alhamdulillah saya menyukai bersepeda dan saya menikmatinya. Saya kagum dengan Jobs saat pertama kali berkenalan dengannya lewat sebuah buku. Sejak itu saya menjadi lebih percaya diri dan mulai terinspirasi karena orang yang “tidak memiliki” dan “tidak berpendidikan” seperti Jobs pun bisa menjadi besar berkat kegigihan, dan saya yakin saya adalah orang yang selanjutnya.
Dari Jobs, saya belajar, bahwa mimpi dan cita-cita bukan hanya untuk di tulis, diucapkan atau sekedar di angankan, tetapi untuk dikerjakan mulai saat ini dan dengan penuh ketekunan. Dan saat ini saya tengah menjemput cita-cita saya di Teknik Penerbangan untuk menjadi seorang desainer pesawat. Steve Jobs bisa, saya pun bisa.
Disarikan dari:
- Ceramah Steve Jobs. (diterjemahkan oleh Dewi Sri Takarini)
- kolom-biografi.blogspot.com
- yahui.net